Kebangkitan Kodam Tuanku Imam Bonjol: Napas Baru dari Sejarah Kodam 17 Agustus

NEWS180 Dilihat

SUMBAR | Di tengah semangat peringatan HUT ke-80 Tentara Nasional Indonesia (TNI), gema sejarah kembali bergaung dari ranah Minang. Presiden Prabowo Subianto meresmikan enam Kodam baru pada 10 Agustus 2025 lalu, salah satunya Kodam XX/Tuanku Imam Bonjol (TIB) yang kini menjadi simbol baru kekuatan pertahanan di wilayah Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau. Namun, di balik penetapan itu, tersimpan kisah panjang perjalanan militer yang berakar dari Kodam III/17 Agustus, sebuah komando yang pernah menjadi benteng pertahanan dan saksi dinamika sejarah republik ini.

Jejak Historis dari Operasi 17 Agustus

Nama “17 Agustus” bukan sekadar angka monumental kemerdekaan. Ia diambil dari sandi operasi militer untuk menumpas pemberontakan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) yang meletus pada akhir 1950-an. Gerakan PRRI yang bermula dari ketidakpuasan terhadap kebijakan pembangunan yang tersentralisasi di Jawa, menyebar luas di Sumatera Barat hingga ke Riau melalui Dewan Banteng, diproklamasikan pada 15 Februari 1958.

Dalam merespons gejolak itu, pemerintah pusat membentuk Komando Daerah Militer Sumatera Tengah (KDMST) pada 17 April 1958 yang berkedudukan di Padang. Komando ini berada di bawah pimpinan Kolonel Ahmad Yani, yang kelak gugur sebagai salah satu Pahlawan Revolusi dalam tragedi G30S/PKI. Tugas utama KDMST kala itu adalah memulihkan keamanan dan menegakkan kembali wibawa negara di wilayah yang bergolak.

Operasi “penjinakan” PRRI berlangsung efektif. Setelah sebagian besar pimpinan PRRI menyerahkan diri, operasi dinyatakan selesai, dan pada tahun 1961, KDMST resmi berubah nama menjadi Kodam III/17 Agustus — menandai masa baru dalam sejarah militer di Sumatera.

Masa Keemasan dan Likuidasi 1984

Selama lebih dari dua dekade, Kodam III/17 Agustus menjadi komando strategis yang menaungi tiga provinsi: Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau. Namun, reorganisasi besar-besaran di tubuh TNI Angkatan Darat pada tahun 1984 membawa perubahan besar. Berdasarkan Perintah Operasi Kasad Nomor 011/1984, serta Telegram KASAD Nomor STR/430/1984 dan STR/603/1984, jumlah Kodam di Indonesia dikurangi dari 16 menjadi 10.

Kodam III/17 Agustus pun dilikuidasi dan digabungkan ke dalam Kodam I/Bukit Barisan yang bermarkas di Medan. Sejak saat itu, wilayah Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau hanya diwakili oleh tiga Korem:

  • Korem 031/Wirabima (Pekanbaru, Riau),
  • Korem 032/Wirabraja (Padang, Sumatera Barat), dan
  • Korem 033/Wira Pratama (Tanjungpinang, Kepulauan Riau).

Panglima terakhir Kodam III/17 Agustus adalah Brigjen TNI Soeripto, yang juga dikenal sebagai mantan Gubernur Riau. Dengan berakhirnya masa jabatan beliau, sejarah Kodam 17 Agustus seperti tertidur dalam arsip militer selama lebih dari empat dekade.

Reinkarnasi di Era Baru: Kodam XX/Tuanku Imam Bonjol

Kini, pada tahun 2025, semangat itu dihidupkan kembali. Kodam XX/Tuanku Imam Bonjol (TIB) lahir dengan misi besar: mendekatkan kekuatan pertahanan ke masyarakat daerah dan memperkuat stabilitas di wilayah strategis Sumatera bagian tengah. Diresmikan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto di Pusdiklatpasus Batujajar, Bandung Barat, kehadiran Kodam ini menjadi tonggak baru bagi TNI AD dalam menghadapi tantangan geopolitik dan pertahanan modern.

Kasdam XX/TIB Brigjen TNI Heri Prakosa P. Wibowo menjelaskan, sejarah Kodam 17 Agustus bukan hanya kisah masa lalu, tapi pondasi semangat kebangsaan yang kini dihidupkan kembali.

“Pada tahun 1985, Kodam 17 Agustus dilikuidasi karena alasan efisiensi. Tapi kini, kebutuhan pertahanan dan pemerataan komando wilayah membuat semangat itu bangkit kembali,” ungkapnya usai Upacara HUT ke-80 TNI di Lapangan Imam Bonjol, Padang.

Dengan pembentukan Kodam XX/TIB, TNI kembali menegaskan kemandirian dan kesiapsiagaan pertahanan di daerah rawan bencana, strategis, dan berpotensi ekonomi tinggi. Nama “Tuanku Imam Bonjol” sendiri dipilih bukan tanpa alasan — sosok pahlawan nasional ini melambangkan perjuangan, keberanian, dan keteguhan hati membela kebenaran, nilai yang ingin diwarisi oleh setiap prajurit di bawah komando baru ini.

Dari Sejarah ke Masa Depan

Kelahiran kembali Kodam Tuanku Imam Bonjol bukan sekadar administrasi militer. Ia adalah rekonsiliasi antara sejarah dan masa depan, antara semangat perjuangan lokal dan kebutuhan pertahanan nasional. Dari KDMST di masa Ahmad Yani hingga Kodam XX/TIB di bawah arahan generasi TNI modern, perjalanan ini menegaskan satu hal:

Bahwa jiwa 17 Agustus—jiwa kemerdekaan, keberanian, dan pengabdian—tak pernah padam di ranah Minang.

TIM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *